Cinta Tanpa Syarat Untuk Diriku : Let's Meet Yourself
Let’s Meet Yourself
Saat saya berusia 12 tahun, saya
belajar dengan sangat giat agar dapat di apresiasi oleh orang-orang karena saya
benci ketika dibandingkan dengan saudara saya dalam berbagai hal. Saat usia 13
tahun masuk menjadi anggota olimpiade biologi sekolah, saya hampir stres sekali
harus membaca buku biologi tingkat atas untuk persiapan lomba. Setelah
mengikuti berbagai seleksi tes olimpiade di sekolah dan mendapatkan nilai
tertinggi dari anggota olimpiade lainnya, saya berhasil mengalahkan kakak kelas
saya yang sudah berpengalaman menduduki peringkat 2 seleksi .
Rasa senang tentu tidak bisa saya
pungkiri lagi namun tidak bertahan lama. Guru-guru lain tidak setuju jika saya
menjadi perwakilan sekolah dengan alasan saya saat itu masih kelas 1 SMP, dan
akhirnya digantikan dengan kakak kelasnya, saya sangat marah dan kecewa.
Kekecewaan itu membuat saya mengubah banyak hal dari diri saya, salah satunya vacum dari klub olimpiade. Saya naik ke
kelas 8 dengan nilai standar, saya mulai mencoba mengalihkan pikiran dengan
fokus belajar untuk masuk SMA terfavorit di Provinsi yaitu Madrasalah Aliyah
Insan Cendekia. Jadi saya mulai berusaha kelas lagi untuk menaikkan nilai
akademik hingga suatu hari guru pembimbing olimpiade biologi saya sebelumnya
memanggil saya ke laboratorium, saya diminta kembali untuk mewakili sekolah
untuk perwakilan olimpiade saat itu.
Saya sebenarnya tidak ingin
melakukannya tapi banyak sekali orang-orang yang berharap besar terutama
keluarga saya, jadi saya kembali mulai belajar dengan giat namun justru
kesalahan terbesar saya dimulai dari keputusan ini. Setelah berhasil masuk
tingkat Provinsi, orang tua saya mulai menaruh ekspetasi untuk menjadikan saya
dokter, mereka membeli banyak sekali buku biologi berat seperti Campbell. Dengan
prestasi di olimpiade yang cukup baik saya akhirnya menjadi cukup terkenal di
sekolah, terutama di kalangan guru-guru saat itu dan kesalahan saya adalah
karena terlalu menikmati dan terjebak dalam konformitas, mengikuti tuntutan
ekspetasi orang-orang.
Meskipun saya berhasil
memenangkan olimpiade, nilai akademik saya jatuh cukup jauh, orang-orang
memandang saya dengan tatapan kasihan, dan saya benci hal itu. Jadi saya
berusaha untuk mencoba memenuhi ekspetasi
mereka kembali, saya kehilangan teman terbaik saya sejak Sekolah Dasar
dan akhirnya banyak orang tidak senang karena mereka bilang saya terlalu
ambisius dan egois. Saya banyak menghabiskan waktu sendiri. Saya kehilangan
jati diri. Hingga satu kalimat dari Niko Everret dalam sebuah acara mampu
menghentikan kebiasaan saya.
“…You should be jealous of yourself. You’re gutsy, you are hard
working, you are resilient. If you could meet yourself, you might really like
her. You need to meet yourself.”
Saat itu saya sadar, saya melihat
diri saya sendiri as embarrassing,
awkward, and Unlovable. Jadi saya
mulai perjalan saya dengan menonton video dari Satupersen dan Open Minded untuk
mencoba self-esteem.
So, could we create our own self
esteem for self-love? Setelah membaca berbagai riset akhrinya saya dapat
menyimpulkan, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah start
to build our own self-esteem.
Saya mulai mengawalinya dengan bertanya kepada
diri sendiri “ hal apa yang kamu
banggakan dari dirimu sendiri?”
Ketika kamu udah menemukan
jawabannya maka kamu sudah memulai menghargai dirimu sendiri tapi tentu saja
masih banyak mungkin yang belum menemukan atau alih-alih menjawab “ saya mah tidak ada apa-apanya, hanya remah
rengginang”. PLEASE STOP IT!
Richelle Ludwig pernah menulis “
For example, Instead of saying: I love my body, say, I’am working toward
accepting loving, and honoring my body. It’s much easier to believe this whem
you are in the process of getting there”. Ini bukan soal mencintai diri secara
fisik saja tapi juga secara emosional.
Menurut Nikko Everret Konsep
dasar untuk memulai know and self Love adalah membangun positive thinking terhadap dirimu sendiri, dengan begitu
kalian akan melihat diri kalian dengan lebih baik dan secara perlahan mulai
menyukai beberapa hal tentang diri kalian sendiri. Setelah itu cobalah untuk meluangkan waktu dengan orang yang dapat
membuat kamu merasa baik seperti dapat memberimu saran nasehat atau dapat
memberitahu kesalahan dan masukan untuk memperbaikinya.
Setelah langkah di atas mungkin tidak
sedikit dari kalian yang masih belum bisa mengharga diri karena menurut kalian
masih banyak hal yang tidak kamu sukai dari dirimu, mungkin fisik, perilaku
atau lainnya.
Baik sekarang coba kamu tanyain
sama beberapa teman kamu, “hal apa yang
paling dia sukai dari dirimu?”, hal ini dapat membantu kamu untuk mengenali
kelebihan atau hal yang orang sukai dan kagumi dari dirimu karena dapat
membantu mereka memunculkan pikiran-pikiran positif mereka sendiri jadi jangan
sungkan untuk memberitahu kelebihannya dan ketika kalian mendapat pujian jangan
lupa untuk berterimakasih.
Sekarang saya sudah mulai menyadari dan mengenal lebih diri
saya sendiri. Selain itu, saya juga membaca referensi dari Satu Persen
dan Open Minded
serta Satu Persen dan Ikigai
yang membantu mendorong saya agar bisa hidup lebih berdamai dan bahagia dengan
diri sendiri.
Mengutip tulisan Lauren barber
dari Kris Gage “ If you put too much
emphasis on love right now, you will simply end up suppressing the interest
resistance that comes up and burying it deep within, only for it to rear
it’s ugly head at later date. Liking you
right now feels a little more attainable that love.”
“Maybe be there’s no answer.
Maybe this isn’t the answer either. It’s just that loving myself. Doesn’n
require anyone else’s permission”-Love Myself, BTS.
Referensi
Jangan
lupa Yuk ikutan #SatuPersenBlogCompetition !
Sumpahh keren!!!
BalasHapusI am proud of you babe!
Aku suka cara kamu bawa topik self love ini di tulisanmu. Keep writing!
BalasHapus